Home » » CARA PEMBUATAN SABUN

CARA PEMBUATAN SABUN

Posted by SAINS IS MY WORLD on Friday, December 24, 2010

Bagaimana cara orang membuat sabun?! Setiap sabun dibuat melalui reaksi antara lemak dengan bahan yang disebut alkali/basa yang sangat kuat. Keadaan serba kotor yang dijumpai dalam pembuatan sabun bertentangan sekali dengan penggunaannya sebagai pembersih.

Sabun yang ditemukan pertama kali oleh bangsa Arab pada abad ke-19, pada dasarnya terbuat dari proses pencampuran (safonifikasi) soda kaustik dengan minyak nabati (minyak tumbuh–tumbuhan) atau minyak hewani (minyak yang berasal dari lemak hewan).


Mengingat sifat sabun yang berasal dari bahan alami, masyarakat pengguna yang mengkonsumsi sabun pun nyaris tak mengalami gangguan seperti alergi atau kerusakan pada kulitnya. Sabun sebagai bahan pembersih yang berbentuk cair maupun padat, bisa digunakan untuk mandi, mencuci pakaian, atau membersihkan peralatan rumah tangga.

Orang–orang Romawi pada zamannya membuat sabun dengan cara sebagai berikut : Batu kapur dipanaskan untuk menghasilkan kapur. Kapur yang basah ditaburkan di atas abu kayu yang masih panas kemudian diaduk sampai rata.

Gambar : Batu kapur
Selanjutnya, dengan sebuah sekop, orang menyendok bubur kelabu yang dihasilkan ke dalam sebuah bejana berisi air panas dan mendidihkannya dengan tambahan beberapa potong lemak domba selama beberapa jam. Ketika lapisan buih berwarna cokelat kotor yang tebal terbentuk di permukaannya, dan menjadi keras setelah dingin, mereka memotong–motong lapisan keras tadi.

Itulah sabun kita. Sabun masa kini terbuat dari macam–macam lemak, termasuk lemak daging sapi dan anak domba, juga minyak kelapa, minyak biji kapas, dan minyak zaitun. Alkali yang digunakan dalam pembuatan sabun sekarang biasanya bahan yang disebut Lye (soda api atau natrium hidroksida).

Kapur juga alkali yang mudah di dapat, sedangkan abu kayu kadang–kadang masih dipakai
meski hanya sedikit karena bahan ini mengandung kalium karbonat yang bersifat basa.

Sekitar tahun 1960-an, deterjen generasi awal muncul menggunakan bahan kimia pengaktif permukaan (surfaktan) Alkyl Benzene Sulfonat (ABS) yang mampu menghasilkan busa. Namun karena sifat ABS yang sulit diurai oleh mikroorganisme di permukaan tanah, akhirnya digantikan dengan senyawa Linie Alkyl Sulfonat (LAS) yang diyakini relatif lebih akrab dengan lingkungan.

Beberapa produk sabun zaman sekarang memang mencantumkan surfaktan LAS dan klaim mengandung enzim. Surfaktan (surface aactive agent)merupakan zat aktif permukaan yang mempuyai ujung berbeda yaitu hidrofil (suka air) dan hidrofob (suka lemak). Bahan aktif ini berfungsi menurunkan tegangan permukaan air sehingga dapat melepaskan kotoran yang
menempel pada permukaan bahan, atau istilah teknisnya, ia berfungsi sebagai emulsifier, bahan pengemulsi.

Pada kondisi aerob (cukup oksigen dan mikroorganisme), LAS memang cepat terurai. Tetapi, Las tidak dapat terurai pada kondisi anaerob (tidak terdapat udara). LAS yang tidak terurai ini memiliki efek sangat toksik bagi organisme (cukup dapat mematikan ikan dalam kadar 3-10 mg/liter) dan bersifat bioakumulatif (tersimpan dalam jaringan) Beberapa produsen menambahkan enzim dengan maksud membantu menghilangkan noda protein, lemak, dan darah yang sukar dihilangkan melalui pencucian biasa. Tetapi, enzim hanya akan sangat bermanfaat bila dipakai pada pencucian dengan air hangat.

Penggunaan sabun sebagai bahan pembersih yang dilarutkan dengan air di wilayah pegunungan atau daerah pemukiman bekas rawa sering tidak menghasilkan busa. Hal itu disebabkan oleh sifat sabun yang tidak akan menghasilkan busa jika dilarutkan dalam air sadah (air yang mengandung logam –logam atau kapur). Tetapi, penggunaan deterjen dengan air yang bersifat sadah, akan tetap menghasilkan busa yang berlimpah.

Sabun maupun deterjen yang dilarutkan dalam air pada proses pencucian, akan membentuk emulsi bersama kotoran yang akan terbuang saat dibilas. Ada pendapat keliru bahwa semakin melimpahnya busa air sabun akan membuat cucian menjadi lebih bersih.

Busa dengan luas permukaannya yang besar memang bisa menyerap kotoran debu, tetapi dengan adanya surfaktan, pembersihan sudah dapat dilakukan tanpa perlu adanya busa. Busa itu sendiri merupakan indikator yang langsung dapat dilihat sebagai penyebab masalah lingkungan. Jadi, proses pencucian tidak bergantung ada atau tidaknya busa atau sedikit dan banyaknya busa yang dihasilkan.


Berikut bahan pembuatan sabun  
Bahan-bahan yang diperlukan

- Larutan kaustik soda (natronloog 38 Be) 75 cc
- Bahan warna secukupnya
- Susu murni (susu sapi) 50 cc
- Minyak kelapa 250 cc
- Lemak sapi cair 100 cc
- Minyak serai 100 cc
- Bibit minyak wangi 5 cc


dan ini prosesnya :...
Proses Pembuatan Sabun Mandi
1. Campurkan bahan-bahan kaustik soda (natronloog), pewarna, susu sapi menjadi satu dan diaduk hingga merata.
2. Pada tempat yang lain minyak kelapa dan lemak sapi cair dicampur menjadi satu.

3. Kemudian tuangkan campuran tersebut ke campuran pertama tadi dan sambil terus terus diaduk-aduk hingga menjadi kental. Usahakan supaya 
4. jangan sampai berhenti mengaduk. Ketelitian diwaktu mengaduk sangat dibutuhkan sebab bertambah baik dan lama waktu mengaduk maka bertambah halus hasil sabun mandi yang dibuat.
5. Kemudian minyak serai dengan bibit minyak wangi (parfum) dituangkan dalam campuran terahir sambil diaduk-aduk.
6. Dalam keadaan kental masukkanlah campuran tersebut di dalam cetakkan.
Setelah lamanya 12 jam, campuran yang dituangkan ke dalam cetakkan akan menjadi beku. Kemudian bukalah cetakkan tersebut, jadilah sabun mandi.
 berikut gambar prosesnya





Link : Kaskus


0 comments:

Post a Comment

Powered by Blogger.
.comment-content a {display: none;}