Berbagai pencapaian DPR-RI hingga detik ini rasanya tidak perlu di ungkapkan, tentu semua sudah tahu. Terbaru adalah agenda studi banding Anggota DPR-RI ke sejumlah negara manca. Kritikan pedas yang tertuju kepadanya dianggap angin lalu saja. Agenda yang dianggap memboroskan keuangan negara dan hasilnya hampir tidak dirasakan rakyat negeri ini.
Anggota dewan dari Fraksi Partai Golkar, Bambang Soesatyo misalnya membenarkan agenda studi banding anggota dewan hanyalah kedok mereka untuk jalan-jalan gratis menggunakan uang rakyat. Sebagaimana dikutip detiknews, anggota dewan yang studi banding memang menemui pejabat instansi di negara-negara yang dituju, namun durasinya tidak lebih dari dua jam saja. Setelah basa-basi dan mendapat cap stempel instansi di sana, mereka melanjutkan agenda utama yaitu jalan-jalan, belanja, rekreasi, atau foto-foto untuk menujukkan kepada rakyatnya bahwa mereka pernah ke luar negeri. Bambang sendiri jarang studi banding karena mengaku sudah bosan ke sana dengan dana pribadi.
Dampaknya, institusi DPR beserta penghuninya mendapat kecaman dari berbagai pihak, entah tulus karena nurani atau sekedar iri. Ketika yang menghujat akhirnya duduk menjadi anggota dewan, akhirnya sama saja, diam seribu bahasa. Tentu tidak semua anggota dewan seperti itu, masih ada yang masih konsisten dengan amanah yang dibebankan rakyat kepadanya. Namun akhirnya mereka menjadi korban generalisasi. Sama kasusnya ketika kita menggeneralisasi pegawai pajak semua seperti Gayus Tambunan, jaksa seperti Cyrus Sinaga, politisi seperti Ruhut Sitompul, dan sebagainya. Kasihan yang tidak terlibat namun ikut menanggung dosa hujatan dari pihak lain.
Oleh karena itu, kali ini di tampilkan sosok anggota DPR dari sisi lain yang positif. Barangkali bisa menjadi inspirasi bagi kolega-koleganya di Gedung Miring Senayan sana. Dapat dibilang tokoh kita ini ibarat oase di tengah padang pasir nan luas tak bertepi atau mungkin secercah cahaya di malam yang gelap gulita.
Namanya adalah Mutamimmul Ula, mantan aktivis tulen dan sempat menjadi Ketua Umum Pelajar Islam Indonesia (PII) periode 1980-1983, kini ia duduk dalam Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Salah satu tokoh yang cukup santun dan jauh dari publisitas, tidak sebagaimana koleganya Fahri Hamzah dan Andi Rahmat, bekas anggota Pansus Bank Century. Barangkali senioritas membuatnya cukup bijaksana dalam segala tindak-tanduknya. Tak banyak profil yang kita ketahui dari sosok Kang Tamim (begitu junior-junior di lingkungan PII menyebutnya).
Pria kelahiran Sragen, 2 April 1954 ini sangat fenomenal dalam kehidupan sehari-harinya. Bersama istrinya yang juga bekas sesama aktivis PII, Dra. Wirianingsih Bc.Hk (Wiwi) ia mampu mendidik anak-anaknya menjadi hafiz dan hafizah (penghafal Al Quran). Di tengah kesibukan keduanya sebagai aktivis dakwah, mereka tidak melupakan aset yang paling berharga. Jika sebagian anggota dewan lainnya berinvestasi dengan mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya, Kang Tamim dan Mbak Wiwi justru mendidik putra-putrinya sesuai metode yang Rasulullah ajarkan. Jika harta terputus hingga ajal datang, putra-putri yang shalih tentu akan menjadi amal tersendiri di dunia sesudahnya.
Hasil didikannya? Silahkan kita renungkan, disarikan dari buku “10 Bersaudara Bintang Al-Quran” karya Izzatul Jannah-Irfan Hidayatullah terbitan Sygma Publishing Bandung, Cetakan Kedua, Januari 2010
-
- Afzalurahman, 21 tahun, semester 6 Teknik Geofisika ITB, Hafal Quran sejak usia 13 tahun, sekarang masuk Program PPDMS, Ketua Pembinaan Majelis Taklim Salman ITB, Peserta Pertamina Youth Progamme 2OO7 dari ITB
- Faris Jihady Hanifa, 2O tahun, semester 4 Fakultas syariah LIPIA, hafal Quran sejak usia 1O tahun Predikat mumtaz, Juara 1 lomba Tahfidz 3O Juz yang diselenggarakan Kerajaan Saudi Arabia, Juara 1 Lomba OlimPiade IPS tingkat SMA 2OO3.
- Maryam Qonitat, 18 tahun, semester 2 Fakultas Ushuluddin Univ Al Azhar Kairo, hafal Quran sejak usia 16 tahun. Lulusan Terbaik Husnul Khotimah 2OO6
- Scientia Afifah, 17 tahun, kelas 3 SMU 28, hafal 1O Juz, pelajar teladan MTs Al Hikmah 2OO4
- Ahmad Rosikh Ilmi, 15 tahun, kelas 1 MA husnul Khotimah, hafal 6 Juz, pelajar Teladan SDIT Al Hikmah 2OO2, Lulusan Terbaik MTs Al Kahfi 2OO6
- Ismail Ghulam Halim, 13 tahun, kelas 2 MTs Al Kahfi, Hafal 8 Juz, Juara Olimpiade IpA tngkat SD se Jaksel 2OO3, 4 penghargaan dari Al Kahfi, Tahfidz Terbaik, Santri Favorit, Santri Teladan, dan Juara Umum
- Yusuf Zaim Hakim, 12 tahun, kelas 1 MTs Al Kahfi, hafal 5 Juz, rangking 1 di kelasnya
- Muh Saihul Basyir, 11 tahun, kelas 5 SDIT Al Hikmah, hafal 25 Juz
- Hadi Sabila Rosyad, 9 tahun, kelas 4 SDIT Al Hikmah, hafal 2 Juz
- Himmaty Muyasssarah, 7 tahun hafal 2 juz
- Hasna wafat usia 3 tahun, bulan Juli 2006
Sumber : ruangmuslim.com
assalamu alaikum.
ReplyDelete